Home

Jumat, 22 November 2013

Wali Songo Part 2, Sunan Drajat di Paciran Lamongan

Minggu, 3 November 2013

Awan mendung di atas laut
Mobil omprengan yang kami naiki rupanya dicarter juga oleh ibu-ibu yang duduk di kursi belakang untuk mengantarkan dia dan barang belanjaannya dari pasar. Kami duduk di kursi depan sebelah supir, kursi tengah penuh dengan barang belanjaan si ibu. Tadinya saya pikir pasar di sebelah gerbang menuju sunan Bonang itu pasar basah. Saya mau belanja oleh-oleh khas Tuban seperti petis, kecap, ikan asin, dll. Tapi ternyata yang jualan di sekitar jalan Sunan Bonang itu hanya menjual baju, aksesoris seperti peci, tasbih, dan snack kering buat oleh-oleh. Entah pasarnya ada di sebelah mana. Padahal sudah membayangkan beli cumi asin kering.

Keren pemandangannya

Pantai di Lamongan

Pantai di Lamongan
Jalan menuju Paciran berbeda dengan jalan ketika berangkat dari Surabaya menuju Tuban. Kali ini kami kebanyakan lewat pinggir laut Tuban dan Lamongan, lewat jalan raya Daendels. Pemandangannya cantik sekali. Banyak rumah yang berada persis di bibir laut. Banyak perahu-perahu nelayan berwarna-warni. Walaupun pasir pantainya tidak berwarna putih dan lautnya tidak biru tapi tetap cantik pemandangannya. Kalau nggak dikejar waktu ke sunan yang lain, saya pengen berhenti sebentar buat foto-foto dekat perahu nelayan, atau duduk bengong memandangi laut, hehehe...

Karena hari itu hari Minggu, anak sekolah libur, penumpang mobil omprengan cuma sedikit. Setelah mengantarkan ibu yang duduk di belakang dan barang bawaanya sampai ke rumahnya,mobil kosong, yang naik cuma kami berdua, supir omprengan menanyakan tujuan kami. Kami bilang, mau ke Sunan Drajat. Supir omprengan menawarkan untuk mengantar kami sampai pintu masuk Sunan Drajat dengan ongkos carter 50 ribu rupiah untuk dua orang. Ya udah kami setuju. Hitung-hitung naik taksi karena kami dikejar waktu kalau kami carter supirnya nggak ngetem. Lagipula jarak antara Sunan Bonang dengan Sunan Drajat lumayan jauh, sekitar 1 jam. Mendung pula. hujan gerimis sempat turun ketika kami di jalan, tapi kemudian berhenti.

Karena kami bilang kami sedang marathon ke sunan-sunan yang ada di Jawa Timur, supir omprengan lalu cerita kalau baru-baru ini ada sepasang remaja yang dikutuk berubah menjadi batu karena berbuat mesum di kawasan wilayah sunan Giri di Gresik. Sepasang remaja itu nekat berbuat mesum di area sunan Giri yang sepi, lalu gancet dan ditemukan berubah menjadi batu. Lanjut cerita pak supir, di panggillah paranormal, paranormal itu kemudian menyuruh ibu remaja wanita yang gancet untuk melangkahi batu berbentuk sepasang manusia itu. Batu itu kemudian ukurannya menyusut menjadi kecil. Katanya lagi, kalau patung itu di pegang, patungnya mengeluarkan air mata. Entah benar atau nggak ceritanya Wallahualam, tapi kalau googling sih memang benar ada patung kecil bentuknya mirip badan manusia dengan kepala berambut panjang, punggung dan pantatnya telanjang sedang dipangku. Seram sekali dengar ceritanya. Saya penasaran pengen liat langsung patungnya, beneran ada atau nggak. Kata pak supir, banyak orang ramai nonton patung itu, tapi sekarang patungnya sudah dibawa oleh keluarga remaja itu. Mungkin keluarganya malu.

Sebelum sampai di pertigaan Paciran-Sunan Drajat, kami lewat kawasan wisata bahari Lamongan yang ada kepiting besarnya. Ramai sekali disitu. Pengen mampir kalau nggak buru-buru, apa daya nggak ada waktu. Mungkin next time kalau ke Surabaya lagi kami ke WBL.

Tangga naik ke makam
Supir omprengan beneran mengantarkan kami sampai pintu masuk tangga menuju Sunan Drajat. Dia cuek aja menerobos palang masuk yang sedang terbuka sampai disemprit-semprit yang jaga. Pak supirnya sih cuek aja, hihihi... Turun mobil, kami langsung naik ke makam sunan Drajat. Makam sunan Drajat ini letaknya agak tinggi jadi harus naik tangga, tapi tangganya nggak banyak sih. Ada papan petunjuk masjid dan museum. Peziarah yang datang banyak sekali. Penjaga di makam sunan Drajat banyak dan galak-galak. Mereka teriak-teriak, pengunjung dari daerah ini masuk lewat pintu ini, pengunjung dari daerah anu masuk lewat pintu itu. Padahal bedainnya gimana coba? saya sih cuek aja masuk lewat pintu depan dan duduk di bagian depan makam sunan Drajat yang ada tulisannya. Maksud hati mau ambil foto, eh tapi di depan saya ada tulisan dilarang mengambil foto. Nisan makam sunan Drajat sendiri tidak terlihat karena dikelilingi oleh dinding kayu penuh ukiran, sama seperti di makam sunan Bonang.

Makam Sunan Drajat berada dibalik dinding berukir
Penjaga disini banyak dan  berteriak-teriak pada peziarah, ada yang  berjalan-jalan mengawasi pengunjung. Matanya tajam sekali mengawasi, nyali saya jadi ciut. Ada penjaga yang dengan tidak sopan memukul-mukul nampan besi penuh uang sedekah hingga berbunyi nyaring dan berisik *uang sedekahnya banyak sekali, berserakan di nampan, uang kertas ratusan, puluhan, ribuan, recehan, berserakan di nampan*.

Silsilah Nabi Muhammad SAW sampai ke Sunan Drajat
Sehabis ngaji dan dzikir, saya mulai curi-curi duduk sambil ambil foto, dipelototin yang jaga. Cuek aja sambil berdiri dan berjalan keluar makam. Saya dan suami berjalan ke area samping makam menuju arah gentong sunan Drajat dan museum.

Samping makam Sunan Drajat
Air gentong Sunan Drajat





Museum Sunan Drajat
Di area samping makam lebih leluasa mengambil foto karena tidak ada penjaga. Saya minum lagi dari gentong sunan Drajat. Habis itu sholat ashar. Selesai sholat, kami melihat-lihat museum sunan Drajat. Di dalam museum, banyak koleksi barang yang pernah dipakai sunan Drajat, seperti kursi goyang, gamelan, tombak, keramik-keramik, al Qur'an, dan masih banyak peninggalan lainnya.

Gamelan Sunan Drajat

Perkakas keramik


Kitab Sunan Drajat

Kursi goyang Sunan Drajat

Al Qur'an Sunan Drajat



Selesai melihat museum, kami keluar dari area makam. Jalan keluar berbeda dengan jalan masuk, jalan keluar kami diarahkan melewati warung makan, penjual baju dan oleh-oleh lalu ke parkiran. Kami makan di salah satu warung disitu. Selesai makan kami keluar parkiran bus. Tadinya kami pikir diluar ada pangkalan ojek, tapi setelah menunggu lama dan gak ada ojek, kami bertanya kepada petugas parkir dan memang sebenarnya disitu gak ada pangkalan ojek. Ojek dadakan kalau ada sebenarnya petugas area sunan Drajat. Tapi hari itu sedang tidak ada. Ojek cuma ada di pertigaan Paciran-Sunan Drajat. Ya sudahlah, kami lalu berjalan menuju pertigaan Paciran-Sunan Drajat. Ternyata gak jauh kok. Lebih jauh jalan dari parkiran bus sunan Bonang sampai alun-alun  Tuban.

Bus Armada Sakti ngetem di pertigaan Paciran
Sampai pertigaan Paciran, ada bus Armada Sakti tujuan Paciran-Wilangun lagi ngetem, kami naik. Ada penumpang juga sudah naik, tapi kami semua lalu disuruh turun oleh supir karena mobil masih lama berangkat. Kami lama menunggu mobil bus berikutnya datang. Bus berikutnya datang tapi kembali lagi ngetem nunggu penumpang sampai penuh. Kayaknya kami nunggu di pertigaan Paciran 1 jam sampai bus Armada Sakti berangkat. Sudah gitu jalannya lelet pula.

Waktu kondektur minta ongkos, kami minta diturunkan di tempat mobil yang ke arah sunan Giri. Kondekturnya bilang, ya udah nanti diturunkan di pintu keluar tol Romokalisari. Bus akhirnya masuk tol, ketika keluar tol, guess what? ternyata pintu keluar tol Romokalisari adalah pintu keluar tol menuju terminal Wilangun yang kami lewati tadi pagi.heuheuheu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan jika ada yang ingin ditanyakan atau dikomentari, tapi yang sopan ya....Spam & komentar yang gak sopan saya delete...