Kami ke Manila waktu itu naik pesawat Cebu Pacific. Dapat tiket murah *as always*, kalo dikurs dengan rupiah waktu itu cuma 500 ribu/orang sekali jalan. Tiket kami beli sekalian buat ke Hongkong. Dari Manila kami naik Cebu lagi ke Hongkong, cuma 250 ribu/orang. Total tiket sekali jalan dari Jakarta-Manila- Hongkong cuma 1,5 juta buat 2 orang. Alhamdulillah rezeki dapat tiket murah banget...hehehe...Tiket pulang dari Hongkong ke Jakarta naik Garuda Indonesia dapet promo juga, 2,5 juta buat 2 orang. Total tiket Jakarta-Manila-Hongkong-Jakarta 4 juta buat 2 orang. Tiket turbo jet dan cotai jet Hongkong-Macau-Hongkong 1 juta buat 2 orang. Semua tiket dibeli 4 bulan sebelum keberangkatan, karena menjelang imlek adalah waktu peak season di dataran Cina, dan waktu libur mereka.
Waktu mau berangkat ke Manila di bandara Soekarno Hatta, saya sempat dag dig dug karena cuma beli bagasi untuk 1 orang, dan kayaknya bagasi overweight, *ya iyalah pasti overweight, soalnya bawa rice cooker mini sama beras dan makanan kering*. Menurut hasil browsing di google, maskapai Cebu Pacific terkenal ketat soal berat bawaan bagasi. Kenapa ribet-ribet bawa rice cooker, beras dan makanan kering? kan disana juga banyak yang jual makanan? Iya memang banyak yang jual makanan tapi banyakan yang gak halal dan saya gak mau pusing kesusahan nyari kios yang jual makanan halal. Memang disana pasti ada makanan halal tapi tidak sebanyak di Indonesia,karena disana sedikit yang beragama Islam. Belum tentu pas kami lagi main ke suatu tempat wisata, disitu ada yang jual makanan halalnya. Paling banter yang jual makanan halal di luar negeri itu orang India, menunya kari lagi kari lagi, nasi briyani, roti prata, kari, kari, kari....zzzzz. Suami saya sih doyan menu kari-karian, tapi saya kurang suka kari.
Anyway kami berangkat dari Soekarno Hatta Sabtu, 9 Februari 2013 dinihari dan tiba di Ninoy aquino Terminal 3 Manila pagi. Pesawat Cebu yang kami tumpangi take off dan landing dengan mulus. Tadinya berharap liat pramugarinya nari-nari, soalnya katanya pramugari Cebu itu memperagakan panduan keselamatan penerbangan sambil nari-nari, ternyata nggak tuh. Normal-normal aja.
|
Peta NAIA terminal 3 lantai dasar bagian kedatangan. Sumber gambar : google |
|
Lantai atas departure hall, lantai bawah arrival hall. Taksi kuning di bawah, taksi dari kota di atas |
Terminal 3 NAIA sederhana, mirip terminal 3 Soetta. Keluar dari imigrasi di lantai bawah, kami naik lagi eskalator ke lantai 2 bagian departure, dan kami keluar di pintu tempat penumpang masuk. Kami menunggu taksi yang datang dari tengah kota mengantarkan penumpang ke NAIA T3. Sebenarnya kalau mau langsung naik taksi dari bawah pas keluar imigrasi juga bisa. Ada taksi bandara berwarna kuning, tapi menurut hasil googling lebih mahal argonya. Sebelumnya saya sudah googling dan mendapat informasi kalau taksi di Manila terkenal rese karena suka mainin argo dan kurang bisa dipercaya. Taksi di Manila dimiliki oleh perorangan. Jadi walaupun taksinya sama berwarna putih, tapi merk taksinya beda-beda. Dan menurut hasil googling lagi, taksi yang lumayan bisa dipercaya itu MGE, taksi putih dengan garis hijau. Kebanyakan warna taksi di Manila berwarna putih. Waktu ada taksi MGE datang dan menurunkan penumpang kami langsung buru-buru memberhentikan. Taksi mengantarkan kami ke Tune hotel di daerah Mabini Street Ermita, Manila. Tidak lupa kami bilang "meter please", biar argonya dinyalain. Tarif taksi MGE dari bandara ke Tune hotel Ermita 150 peso. Kami dapat supir taksi MGE yang baik dan ramah. Kami sedikit bergosip dengan supir taksinya, kami cerita kalau artis Phillipines yang terkenal di Indonesia itu adalah Maribeth dan Christian Bautista, supir taksinya ketawa kalau Christian Bautista tidak begitu terkenal di Phillipines dan pernah mendapat cemoohan karena pernah keliru menyanyikan lagu kebangsaan Philippines... sorry Christian...
|
MGE taksi Manila. Sumber gambar: google |
Waktu cek inn jam 2-an, sementara kami sampai di Tune hotel jam 8 pagi. Kami menitipkan tas di locker hotel, biayanya kalo di kurs sekitar 12 ribu untuk 3 tas. Di bawah hotel ada 7-11 dan Molly Malones, restoran & bar ala Irlandia. Habis beli cemilan di 7-11, kami jalan kaki menyusuri Mabini street ke arah hotel Pan Pacific ke restoran halal, Shawarma Snack Center di Salas street. Selesai sarapan kebab, kami naik jeepney dari depan Salas street ke Luneta/ Rizal park. Jeepney ini angkotnya Philippines. Seru naik jeepney. Kalau duduk di belakang penumpang mau bayar oper-operan ongkos ke supir. Kalo duduk di depan di sebelah supir maka jadi pembantunya supir. Kalau mau bayar bilang "bayad po". Kalau mau berhenti dan turun dari jeepney bilang aja "para-para". Ongkos jeepney jauh dekat 8 peso/orang sekali jalan, kalo di kurs bulan Februari 2013 cuma 1800 rupiah. Trayek jeepney bisa dilihat di samping badan jeepney.
|
Kiri ke kanan: Rizal Monumen --Nama Rizal Park dg huruf besar -- Patung Lapu-Lapu -- Gedung department of Tourism |
Luneta yang disebut juga Rizal park itu semacam alun-alunnya Manila. Kayak taman Monasnya Jakarta. Banyak patung di Luneta. Di depan gedung departemen pariwisata Philippines ada patung pahlawan Lapu-Lapu, yaitu patung lelaki sedang berdiri disangga pedang. Nama Rizal park dengan huruf besar terdapat di dekat jalan layang. Luneta ini luas sekali. Ada beberapa taman berbayar di Luneta. Sedangkan Rizal monumen yang selalu dijaga tentara Philippines terletak di sisi Luneta yang lain.
|
Patung dan baliho selamat ulang tahun presiden Aquino |
Dari depan Rizal monumen kami jalan kaki ke Intramuros. Kalo menurut peta yang kami print dari google map jaraknya deket, tapi setelah dijalani ya ampun lumayan jauh. Lumayan pegel jalan kaki. Tapi kalau mau naik jeepney juga gak ada yang ke dalam intramuros dari Luneta. Istirahat sebentar di depan gereja Intramuros, kami dihampiri oleh anak abg pengemudi becak sepeda. Dia menawarkan untuk keliling Intramuros dengan becak sepedanya. Kami tolak karena kami ingin istirahat dulu. Tapi dia gigih sekali menawarkan, sudah kami tolak berkali-kali teteup keukeuh menawarkan gak mau pergi juga, dan bilang dengan memelas belum ada yang naik becaknya dari pagi. Dia menawarkan ongkos kelilling dengan becaknya kalo di kurs sekitar 50 ribu rupiah. Ya sudahlah akhirnya karena kasihan kami terima juga tawarannya, walaupun sempet ragu juga karena sudah sering baca kalau di Intramuros banyak scam/penipuan.
|
kiri-kanan: Philippines president's gallery -- salah satu gedung tua di Intramuros |
Keliling Intramuros naik becak sepeda, abg mamang sepedah juga menjelaskan obyek wisata di Intramuros, ya nyambi jadi guide lah. Berhubung saya capek jalan kaki, udah gak mood buat foto-foto di gedung-gedung tua Intramuros, sambil feeling kayaknya ngerasa gak beres. Intramuros itu kompleks yang luas, ada beberapa gereja kuno, beberapa universitas yang ramai dengan anak kuliahan, penjara kuno, beberapa taman,dan benteng Fort Santiago.
|
Kiri ke kanan: Fort Santiago -- patung di taman Fort Santiago -- Pasig River dilihat dari sisi Fort Santiago |
Setelah keliling Intramuros dan berfoto di beberapa spot, kami ke benteng Fort Santiago, masih di dalam kawasan Intramuros. Mamang becak sepedah nungguin di luar. Tiket masuk kawasan Fort Santiago cukup mahal, sepadan dengan taman yang terawat dan bersih di dalam kawasan benteng Fort Santiago, rapi sekali tamannya.Ada banyak patung di Fort Santiago. Selain itu ada juga bekas penjara tempat Jose Rizal ditawan. Dari atas penjara Jose Rizal kami bisa melihat Pasig river di tepi Intramuros. Tadinya kami ingin naik Pasig river cruise dari Intramuros, tapi ternyata kapal Pasig river cruise sudah dihentikan operasinya. Puas foto-foto di Fort Santiago, kami keluar nyari mamang sepedah. Trus kami jalan lagi, pas lagi naik becak sepedah kok kami liat ada pangkalan jeepney di dalam Intramuros yang lewat Luneta. Kami minta mamang sepedah buat stop di dekat pangkalan jeepney. Pas mau bayar sesuai perjanjian kan 50 ribu buat keliling naik becaknya, eh ternyata si mamang becak abg itu nipu kita, ngegetok harga. Tuh kaaaan feelingnya bener! Dia bilang 50 ribu kalo yang naik becaknya 1 orang, karena yang naik becaknya 2 orang ya harus bayar 100 ribu. Sorry saya gak inget berapa pesonya, karena kursnya udah berubah, yang saya ingat kalo di di kurskan saat itu kita musti bayar 100 ribu rupiah. Huh, ogah amat ditipu, masa mahalan naik becak keliling Intramuros daripada naik taksi dari bandara ke Ermita. Akhirnya saya marah-marah dan cuma mau bayar 75 ribu buat 2 orang. Si mamang abg mau juga terima ongkosnya. Habis itu kami naik jeepney. Mendengar kami yang marah-marah, supir jeepney nanya berapa kami disuruh bayar buat naik becaknya, kami jawab 100 ribu. Supir jeepney cuma geleng-geleng kepala sambil menasihati supaya berhati-hati di Intramuros karena banyak penipuan.
Dari Intramuros kami naik jeepney sampai di dekat Salas street. Kami mau balik ke hotel karena sudah waktunya cek inn dan memasukan tas ke kamar. FYI jalan di sekitar Ermita itu jalan satu arah. Mabini street itu jalan satu arah ke arah Luneta, dari Intramuros kami turun di Del Pilar street, jalan satu arah lainnya di blok sebelah Mabini street, lalu jalan ke hotel Tune. Gak susah sih walaupun naik jeepney. Di Del Pilar street saya sempat melihat yang jualan ayam panggang dengan tulisan halal. Btw, kawasan Ermita juga dikenal sebagai daerah hiburan malamnya Manila, banyak bar, karaoke dan klub malam di Ermita. Tapi di kawasan Ermita juga ada kedutaan Amerika dan hotel-hotel bintang 5. Entah kenapa kedutaan Amerika memilih lokasi kedutaanya di Ermita dan bukan di daerah Makati.
|
Sunset dari lantai 8 Tune Hotel Ermita |
Sampai di hotel, kami mengambil tas, dan diberi kamar di lantai 8. Kami minta kamar yang menghadap laut. Untungnya masih ada kamar yang menghadap laut. Jadi bisa liat sunset dari kamar hotel. Setelah masukin tas dan beres-beres trus mandi, kami mikir mau kemana lagi. Tadinya dari Intramuros kami mau ke Oceanpark Manila, tapi udah keburu bete di getok sama mamang sepeda. Akhirnya kami memutuskan mau ke Mall of Asia karena kalau malam hari suka ada kembang api dan naik Manila eyes alias kincir bianglala ala-ala Singapore eyes.
Udah googling pemandangan Manila eyes kalo malam hari cantik banget, penuh lampu warna-warni. Kami naik jeepney dari depan hotel, kami tanya ke supirnya lewat SM gak? supirnya jawab iya. Eh taunya kami nyasar sampai tujuan akhir kok malah ke SM Harisson. Rupanya salah. Kalo mau ke Mall of Asia bilangnya ke SM MOA, SM itu ternyata nama semacam department store. Ya udah lah ya gagal total, mana berangkat tadi jalanan macet, karena malam minggu, mau imlek pula, ya udah akhirnya kami balik kanan naik jeepney lagi ke Tune hotel hiks. Macet pula. Akhirnya kami cuma nonton kembang api dari kamar hotel, karena di pinggir laut dekat hotel ada yang pasang kembang api juga. Lumayan menghibur. Sementara itu di depan Mabini street, kemacetan terus berlangsung sampai dinihari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan jika ada yang ingin ditanyakan atau dikomentari, tapi yang sopan ya....Spam & komentar yang gak sopan saya delete...