sumber foto web dompet dhuafa hongkong |
Paginya kami memutuskan jalan-jalan (lagi) ke Victoria park. Rame sekali di Victoria park. Banyak mba-mba dan mas-mas BMI yang kumpul-kumpul. Ada yang ngobrol, ada yang sedang kebaktian, ada yang nyanyi-nyanyi. Gayanya juga macem-macem, ada yang modis rapih, ada yang pake gamis dan kerudung, ada yang kayak anak punk dengan sepatu hak tinggi dan stocking jaring-jaring plus robek-robek. Macem-macem orang gayanya juga macem-macem. wakakak...
Sumber foto web iuhk.org, diedit oleh ordinary traveller |
Ketika kami sampai di kantin masjid, banyak sekali yang sedang makan, kebanyakan rombongan dan satu meja bundar dipakai oleh rame-rame. Karena kami cuma berdua, kami ditempatkan bareng satu keluarga dari Singapura. Di kantin itu sistemnya, dimsum ambil sendiri di meja yang menyediakan dimsum. Sementara menu yang lain baru pesan ke pelayan. Kami hanya makan dimsum saja. Dan dimsumnya syedap sekali...
Selesai makan, suami lalu sholat Jum'at, dan saya menunggu di kursi tunggu di lantai bawah. Saya sedang tidak sholat begitu suami selesai sholat Jum'at kami lalu pergi. Ketika sedang menunggu suami sholat Jum'at, saya bertemu dengan seorang tenaga kerja wanita di Hongkong. Hari Jum'at itu dia sedang libur. Karena sedang libur dia keluar dari rumah majikannya buat jalan-jalan. Karena melihat saya sendirian sedang menunggu suami dia mengajak saya mengobrol dan curhat tentang suka duka kerja di Hongkong. Rupanya mbak itu sudah 2 kali kontrak kerja di Hongkong, 1 kali kontrak kerja di Taiwan, dan 3 kali kontrak kerja di Arab Saudi, 1 kali kontrak kerja selama 2 tahun, berarti total sudah 12 tahun bekerja sebagai tenaga kerja wanita. Mbak itu curhat dulu sewaktu kerja di Arab saudi, uang hasil jerih payahnya malah dihabiskan oleh suaminya untuk kawin lagi, padahal suaminya tidak bekerja dan hanya menunggu uang kiriman dari istrinya yang bekerja sebagai tkw. Uang yang seharusnya dipakai untuk membuat rumah malah tak bersisa. Ketika pulang ke Indonesia waktu kontrak di Arab saudi selesai, nangislah dia karena uang jerih payahnya tidak ada sisanya. Sementara dia kerja membanting tulang,siang malam di Arab saudi berharap ketika pulang rumahnya sudah jadi malah tidak ada. Akhirnya dia jatuh sakit saking kecewanya. Lalu suaminya dia ceraikan. Dan mbak itu melamar lagi menjadi tkw kali ini ke Hongkong. Waktu kontrak kerja di Hongkong pertama kali itu dia mendapat majikan warga negara Hongkong asli yang kebetulan muslim dan sudah dua kali naik haji. Dan kebetulan ketika sedang menunggu di masjid dan mengobrol bersama saya, datanglah mantan majikannya yang warga negara Hongkong muslim itu buat sholat Jum'at di masjid Ammar dan si mbak itu diberi angpao sebesar 500 HKD. wakakak... Emang dasar rejeki si mbak.
Dia langsung menelpon keluarganya di kampung buat bercerita kalau diberi uang oleh mantan majikannya, serasa dapat rejeki nomplok. Mbak itu juga bercerita bahwa gajinya di Hongkong 1 hari dibayar 150 Hkd. Seminggu sekali libur.Di majikannya yang sekarang dia kerja mengurus rumah tangga kadang juga jaga toko (walaupun harusnya tkw yang kerja di HK itu kerjanya spesifik, misalnya: kalo ngurus anak/ babysitter ya babysitter aja ga ngerjain yg lain, kalo merawat lansia ya merawat lansia aja ga ikut bantu masak, kalo masak dan beberes rumah tangga ya kerjanya itu aja, dll). Dia senang kerja di Hongkong karena kesehatan terjamin, dapat libur seminggu sekali dan gaji besar dibandingkan dengan kerja art di Indonesia yang gajinya kecil dan kerja nonstop. Dia juga sudah sedikit bisa berbahasa Canton dan Inggris. Kekurangannya hanya jauh dari keluarga. Dia juga cerita tiap mau pulang ke Indonesia harus membayar biaya tiket pesawat yang mahal, sekali jalan dari HK ke Indonesia sekitar 9 juta dari agen tkw di HK. Dan gajinya sebesar 3 bulan kerja dipotong untuk biaya penempatan tenaga kerja ke HK. Waktu saya beri tahu kalau tiket pesawat itu murah kurang dari 5 juta, bahkan bisa lebih murah lagi kalau dapat tiket promo dan asal mau beli sendiri secara online, dia kaget. Tapi sayangnya dia tidak berani untuk beli tiket sendiri secara online alias gaptek. Seandainya dia mau belajar, minimal beli tiket pulang sendiri, akan ada banyak uang yang bisa dihemat dan disimpan. Itulah pentingnya pendidikan biar nggak gampang dikibulin orang. Kasian para tkw selalu menjadi sapi perahan orang-orang yang tidak punya hati. Padahal dari uang kiriman tkw/bmi yang bekerja di luar negeri itulah yang menyelamatkan neraca keuangan negara dari defisit. Semoga mbak-mbak dan mas-mas bmi/tkw yang bekerja di luar negeri selalu diberikan kesehatan.
Dia langsung menelpon keluarganya di kampung buat bercerita kalau diberi uang oleh mantan majikannya, serasa dapat rejeki nomplok. Mbak itu juga bercerita bahwa gajinya di Hongkong 1 hari dibayar 150 Hkd. Seminggu sekali libur.Di majikannya yang sekarang dia kerja mengurus rumah tangga kadang juga jaga toko (walaupun harusnya tkw yang kerja di HK itu kerjanya spesifik, misalnya: kalo ngurus anak/ babysitter ya babysitter aja ga ngerjain yg lain, kalo merawat lansia ya merawat lansia aja ga ikut bantu masak, kalo masak dan beberes rumah tangga ya kerjanya itu aja, dll). Dia senang kerja di Hongkong karena kesehatan terjamin, dapat libur seminggu sekali dan gaji besar dibandingkan dengan kerja art di Indonesia yang gajinya kecil dan kerja nonstop. Dia juga sudah sedikit bisa berbahasa Canton dan Inggris. Kekurangannya hanya jauh dari keluarga. Dia juga cerita tiap mau pulang ke Indonesia harus membayar biaya tiket pesawat yang mahal, sekali jalan dari HK ke Indonesia sekitar 9 juta dari agen tkw di HK. Dan gajinya sebesar 3 bulan kerja dipotong untuk biaya penempatan tenaga kerja ke HK. Waktu saya beri tahu kalau tiket pesawat itu murah kurang dari 5 juta, bahkan bisa lebih murah lagi kalau dapat tiket promo dan asal mau beli sendiri secara online, dia kaget. Tapi sayangnya dia tidak berani untuk beli tiket sendiri secara online alias gaptek. Seandainya dia mau belajar, minimal beli tiket pulang sendiri, akan ada banyak uang yang bisa dihemat dan disimpan. Itulah pentingnya pendidikan biar nggak gampang dikibulin orang. Kasian para tkw selalu menjadi sapi perahan orang-orang yang tidak punya hati. Padahal dari uang kiriman tkw/bmi yang bekerja di luar negeri itulah yang menyelamatkan neraca keuangan negara dari defisit. Semoga mbak-mbak dan mas-mas bmi/tkw yang bekerja di luar negeri selalu diberikan kesehatan.
Setelah suami selesai sholat Jum'at, kami lalu berpisah dengan mbak-mbak tersebut. Kami memutuskan akan ke Elgin street. Suami ingin ke sebuah toko buku di Elgin street. Kami lalu naik bus ke dekat peak tram lower terminus, dan jalan kaki ke Elgin street. Sudah jalan jauh tapi kok nggak nemu-nemu juga Elgin street, sampai ketemu mid level escalator. Berarti kami sudah jalan jauh banget dari mtr Admiralty sampai mtr Central, tapi belum nemu Elgin street, sampailah kami di daerah SOHO yang banyak bule-bule dan bar ala Cuba. Setelah bertanya jalan pada seorang ekspatriat bule yang baik hati yang mau menunjukan jalan dengan detil, sampailah kami di Elgin street dan.........tokonya tutup!
Sebal karena sudah diajak jalan jauh, dan perut berontak minta ke kamar mandi, efek dari sambal dimsum, saya pengen pulang buru-buru ke hotel. Kami lalu naik bus, eh kami malah nyasar naik bus yang ke atas ke arah Shelley street dan Hollywood Road. Haduh, nahan sakit perut mana lama lagi busnya muter-muter, setelah berhenti di depan Hongkong park kami naik bus lain yang lewat depan Hysan place. Turun di Hysan place saya ngibrit ke hotel dan menunaikan panggilan alam di wc hotel. Kenapa saya nggak cari wc umum? di dekat Elgin street nggak nemu dan saya takut dengan keadaan wc umum karena banyak turis dari Cina daratan. Waktu ke toilet umum di the peak antri bareng turis dari Cina daratan, pas saya masuk, toiletnya sudah "berantakan". Ogah deh ke toilet umum kalo nggak kepepet. Itu juga salah satu alasan kami tidak jadi ke Shenzen, selain takut antri gila-gilaan, kami juga takut harus ke toilet, mana pas rame orang liburan. Ngebayangin toilet di Cina pas rame orang liburan aja udah serem.Hiiiii...iiiy...horor.
Setelah itu kami tidak kemana-mana lagi dan packing baju buat persiapan pulang esok hari. Dan setelah packing, rupanya barang bawaan kami nggak muat lagi dalam tas yang kami bawa. Jadi kami memutuskan untuk membeli koper esok hari.
oops lupa, sebelumnya pagi hari kami ditelpon oleh maskapai Garuda Indonesia memberitahukan kalau pesawat pulang jadwalnya di delay. Harusnya pulang jam 4 dari Hongkong, menjadi jam 11.30 malam. Jadi setelah kami pulang, kami jalan menuju kantor perwakilan Garuda di Causeway Bay untuk memprint ulang tiket. Kami datang pas kantornya tutup jam 6 sore tapi cs-nya (yang orang asli Hongkong) dengan baik hati tetap mau membukakan pintu dan mencetak ulang tiketnya untuk kami.
Setelah itu kami tidak kemana-mana lagi dan packing baju buat persiapan pulang esok hari. Dan setelah packing, rupanya barang bawaan kami nggak muat lagi dalam tas yang kami bawa. Jadi kami memutuskan untuk membeli koper esok hari.
oops lupa, sebelumnya pagi hari kami ditelpon oleh maskapai Garuda Indonesia memberitahukan kalau pesawat pulang jadwalnya di delay. Harusnya pulang jam 4 dari Hongkong, menjadi jam 11.30 malam. Jadi setelah kami pulang, kami jalan menuju kantor perwakilan Garuda di Causeway Bay untuk memprint ulang tiket. Kami datang pas kantornya tutup jam 6 sore tapi cs-nya (yang orang asli Hongkong) dengan baik hati tetap mau membukakan pintu dan mencetak ulang tiketnya untuk kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan jika ada yang ingin ditanyakan atau dikomentari, tapi yang sopan ya....Spam & komentar yang gak sopan saya delete...